Kegiatan pemberdayaan berbasis moderasi beragama yang dilakukan di Linggoasri sudah mendapatkan berbagai prestasi. Pertama, Menjadi juara 2 nasional rumah ibadah moderasi beragama. Kedua, Menjadi Juara 8 nasional kampung moderasi beragama dan ketiga, Juara 2 Best Paper ICON-UCE tahun 2022.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan FUAD Dr. H. Miftahul Ula, M.Ag., Mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, dan Mahasiswa Manajemen Dakwah yang mengambil mata kuliah Moderasi Beragama di semester ini. Kegiatan PkM di Linggoasri ini merupakan inisiasi oleh dosen FUAD Syamsul Bakhri, M.Sos. dan Dr. Muhamad Rifa'i Subhi, M.Pd.I.
Miftahul Ula dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui Best Practice Moderasi Beragama di Desa Linggoasri. Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk Integrasi Penelitian dan PkM dalam Proses Pembelajaran pada Mata Kuliah Moderasi Beragama.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Adib 'Aunillah Fasya, M.Si. ini berlangsung di BUMDes Linggoasri, CaffeLA, dengan tujuan untuk berbagi ilmu kepada mahasiswa tentang Moderasi Beragama dengan pemateri Tokoh Agama Desa Linggoasri, yaitu Mustajirin (Islam) dan Taswono (Hindu). Para tokoh tersebut bercerita tentang lingkungan masyarakat sekitar tentang menjaga kerukunan pada umat yang berbeda.
Kedatangan mahasiswa FUAD UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan disambut hangat oleh warga Linggoasri, para mahasiswa duduk sesuai prodinya masing-masing. Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Moderasi Beragama memberikan pengalaman yang berharga bagi mahasiswa dalam menggali lebih tentang moderasi dan toleransi yang ada di Desa Linggoasri.
Diharapkan melalui pembelajaran ini mahasiswa lebih membuka wawasan tentang moderasi agama dan harapannya bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari. “Moderasi ini istilahnya bisa dikatakan moderat atau tengah- tengah, jadi kalian sebagai mahasiswa karena sudah mempelajari teorinya, maka diperlukan juga prakteknya, terjun ke masyarakat yang bermoderasi beragama,” jelas Mustahirin
Mustahirin melanjutkan bahwa di Desa Linggoasri tidak ada konflik antarumat beda agama, semua rukun dalam menjalani kegiatan ataupun ibadah yang dilakukan di Desa Linggoasri. Jadi bisa dikatakan bahwa mahasiswa disini belajar langsung tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan moderasi beragama dengan sangat moderat dan tidak terjadi suatu konflik pada masyarakat sekitar dengan adanya suatu perbedaan agama pada satu desa atau rumah.
“Pemikiran masyarakat Desa Linggoasri ini tidak ekstrim kanan maupun kiri, tetapi pada tengah–tengah dengan menghormati ibadahnya agama Islam, Hindu maupun Budha pada kegiatan yang dilakukan oleh agama masing–masing,” ujar Taswono.
“Ketika agama Islam mengadakan acara misalnya Maulid dan sebagainya, kita sebagai agama Hindu juga ikut membantu dalam kepanitiaan ataupun konsumsi, begitupun pada saat agama Hindu membuat acara seperti Melasti, Ogoh–ogoh, Gunungan, masyarakat yang beragama Islam pun ikut membantu, bergotong royong dengan kegiatan yang mereka buat,” Lanjut Pak Taswono.
Setelah pemaparan yang dilakukan oleh kedua pembicara, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari mahasiswa yang bertanya tentang konflik di Desa Linggoasri, setelah itu dijawab oleh Taswono bahwa di Desa Linggoasri tidak ada konflik dari beberapa agama yang berada di desa Linggoasri.
Setelah itu, agenda dilanjutkan dengan sesi foto bersama tokoh agama Linggoasri dan para dosen. Kegiatan ini diakhiri dengan penyerahan secara simbolis bibit cabai jawa kepada Taswono, Mustajirin, dan Toyib sebagai tindak lanjut dari pemberdayaan masyarakat budidaya cabai jawa berbasis kemitraan universitas-masyarakat dalam membentuk kampung moderasi beragama.
Selanjutnya, tidak berhenti sampai di situ, setelah berdiskusi dengan kedua tokoh agama tersebut, para mahasiswa melakukan riset (penelitian) secara langsung dengan menemui para warga Desa Linggoasri serta berkunjung ke Masjid, Pure, dan Batu Lingga di desa Linggoasri.
Riset ini diharapkan bisa bermanfaat bagi mahasiswa untuk terjun langsung atau mengetahui dan melihat keadaan sekitar lalu menanyakan langsung kepada warga sekitar terkait Moderasi Beragama. Hasil riset dipublikasikan melalui media sosial masing-masing mahasiswa serta media online lainnya, sebagai bentuk Pengarustamaan Moderasi Beragama.
Penulis : M. Ali Yafi
Editor : Dimas Prasetya