Acara ini digelar dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan baru terkait biosaka sebagai terobosan berkelanjutan dalam menyuburkan tanaman dan meringankan biaya pupuk disertai praktik pembuatannya.
Hadir sebagai narasumber Saeri, S. P., dan Edi Mulyanto, S.Pt., dari DPP Pemalang Saeri, S. P., dalam paparannya menyebutkan biosaka dibuat dari berbagai jenis rumput atau tanaman dengan minimal lima jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan. Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada disekitar area sawah atau ladang.
“Biosaka dibuat dari bahan rerumputan dan daun tanaman berpohon yang sedang dalam pertumbuhan optimal dengan ciri-ciri yaitu daun dalam keadaan sehat, tidak terserang hama, jamur, virus dengan warna hijau segar tidak terlalu tua atau muda, dan tidak boleh dari daun yang berlendir,” papar Saeri.
Lebih lanjut Saeri menambahkan dalam membuat Biosaka itu diusahakan dalam suasana hati yang gembira dan penuh senyuman serta keikhlasan sehingga hasil dari biosaka tersebut lebih berkah dan optimal. Peremasan dihentikan bila warna telah menjadi coklat gelap homogen, dan sedikit berbusa. Biosaka yang bagus memiliki tigkat kepekatan di atas 500.
“Cara pembuatan biosaka dengan sebanyak satu genggaman tangan rerumputan tersebut kemudian diremas dalam 2-5 liter air. Rumput diremas pelan memutar ke kiri dan diselingi dengan adukan. Peremasan dilakukan selama 10-15 menit, setelah itu dilakukan penekanan lebih kuat, sambal terus diselingi dengan pengadukan,” tambah Saeri.
Dikesempatan yang sama Edi Mulyanto, S.Pt., menjelaskan bahwa biosaka bukan barang pabrikan, bukan merk, bukan pupuk, bukan pestisida, tidak diperjualbelikan. Biosaka merupakan elisitor yang betul-betul dibuat sendiri oleh petani.
“Kelebihannya pertama, efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah diaplikasikan. Kedua, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen. Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak memakan waktu, paling cepat 1 minggu. Keempat, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit. Kelima, dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan. Keenam, dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi. Ketujuh, bahan baku biosaka tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun,” ungkap Edi.
Pengaplikasian biosaka menggunakan sprayer, dengan cara posisi nozzle menghadap ke atas sekitar satu meter di atas tanaman, nozzle diatur menghasilkan drif seperti kabut, pengaplikasian juga melihat arah angin sehingga penyebaran partikel larutan mengarah pada daun tanaman sasaran secara merata. Dosis aplikasi untuk tanaman padi dan jagung yaitu 40 ml per 15 liter air alat semprot, sedangkan untuk tanaman cabe, tomat, kaang tanah dosis 20-30 ml per tangki sprayer tergantung umur tanaman. Periode aplikasi seksitar 10 hari sekali.
Reporter : Vina Indana Milah dan Erza Munjayanah
Editor : Anik Maghfiroh