Dalam paparannya di momen PBAK 2023 hari kedua, Prof. Syamsul mengungkapkan saat ini Indonesia mengalami ancaman gempuran budaya barat yang liberal dan ancaman ideologi yang mengarah kepada ideologi radikalisme dan ekstrimisme.
Atas hal tersebut, Bangsa Indonesia harus memiliki formulasi khusus dalam mendudukkan perkara yang lahir dari perbedaan antar masyarakat dan sesegera mungkin membentuk ikatan inklusif guna mencegah ancaman ideologi yang radikal.
“Ancaman ideologi-ideologi ini dapat dihalau dengan sikap nasionalisme dan mengedepankan sikap wasathiyah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” ucap Prof. Syamsul di hadapan mahasiswa pada Kamis, (10/08/2023) di Masjid Agung UIN Gus Dur.
Prof. Syamsul menambahkan, sebagai bangsa yang besar yang tersusun atas ribuan pulau harus benar-benar menghayati wawasan kebangsaan dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Untuk memiliki nasionalisme yang tinggi tersebut bangsa Indonesia juga harus memadukan kearifan lokal dan spiritualitas yang memadai.
“Kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia sangatlah banyak. Dengan inilah kita mampu bertahan terhadap budaya luar, mampu mengakomodasi budaya luar, juga termasuk mengintegrasikannya dengan budaya asli,” kata Prof. Syamsul.
Di akhir paparannya, Prof. Syamsul menegaskan bahwa nasionalisme dan wawasan kebangsaan harus disandingkan dengan pemahaman atau budaya lokalitas yang syarat nilai-nilai adiluhung dan spiritualitas tinggi.
“Mahasiswa baru harus siap menjadi generasi UIN Gus Dur yang semangat mencintai negaranya, memiliki semangat kebersamaan dan semangat persaudaraan. Dan yang paling penting dapat mengharmonisasikan antara cinta agama dan cinta tanah air secara seimbang,” pungkas Prof. Syamsul.
Penulis : Dimas Prasetya
Editor : Anik Maghfiroh