Gelar Budaya Dies Natalis UIN Gus Dur ke-27 Hadirkan Zastro Al Ngatawi dan Inayah Wahid

06 May 2024

Pekalongan (06/05) - Universitas Islam Negeri (UIN) K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar acara bertajuk "Gelar Budaya dan Seminar Pemikiran Gus Dur" yang dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi, budayawan, dan keluarga besar UIN Gus Dur. Seminar yang dilaksanalan pada Minggu, 5 Mei 2024 ini menghadirkan Inayah Wahid, putri almarhum Gus Dur dan Zastrouw Ali Ngatawi, budayawan dan seniman sebagai narasumber.

Rektor UIN Gus Dur Pekalongan, Prof. Dr. Zaenal Mustakim M.Ag., dalam sambutannya menyatakan dalam kesempatan itu sengaja menghadirkan Ning Inayah Wahid dan Zastrouw Al Ngatawi, untuk menyampaikan terkait pemikiran- pemikiran Gus Dur.

"Pemikiran-pemikiran Gus Dur betul-betul menjadi inspirasi kita semua, dan menjadi pijakan kita dalam beraktivitas dalam mengambangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat di UIN Gus Dur," ujar Rektor.

Lebih lanjut Rektor bersyukur, nama Gus Dur dilekatkan namanya menjadi nama UIN Pekalongan.

Zastrouw Al Ngatawi, dalam paparannya menjelaskan, untuk mengetahui pemikiran Gus Dur, harus mengetahui kontruksi pemikiran terlebih dahulu dengan teori habitus. Habitus sendiri merupakan sebuah nilai, value, sebuah tradisi yang tertanam dari diri seseorang yang akhirnya mempengaruhi kesadaran, tindakan dan pola pikir seseorang secara spontan.

“Untuk mengetahui pemikiran Gus Dur, harus diketahui habitusnya Gus Dur apa sih? Habitus pertama Gus Dur ialah tradisi keilmuan pesantren, dan ini yang membentuk pribadi Gus Dur sejak beliau kecil sampai remaja, dan Gus Dur hidup dalam lingkungan tradisi pesantren. Kedua, Gus Dur hidup dalam pemikiran-pemikiran Islam klasik yang ada di kitab-kitab kuning pesantren. Kemudian, yang ketiga, pemikiran modernisme barat, karena sejak kecil Gus Dur sudah baca Das Kapital, novel-novel yang itu sangat diilhami pemikiran-pemikiran timur tengah. Itu semua pondasi dasar yang membentuk karakter dan pola pikir dan sistem pengetahuan yang ada pada diri Gus Dur," papar Zastrouw.

Sementara, Inayah Wahid dalam kesempatan ini berbicara terkait pemikiran Gus Dur dalam konteks kekinian dan globalisasi. Inayah Wahid menyatakan Gus Dur setelah mengembara jauh, kemudian pulang kampung mengembangkan demokrasi. Inayah menyebutnya sebagai Demokrasi “Pulang Kampung”.

“Lantas bagaimana pemikiran Gus Dur di era sekarang, menurut Inayah bagaimana mengembangkan nafas kelokalan kita sebagai sebuah kekuatan yang kerap kita kenal Pulang Kampung ala Gus Dur,” ungkap Inayah.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa humanisme bagi Gus Dur yakni berbasis kepada keberagamaan yang sejatinya mengangkat harkat martabat manusia. Pembelaan Gus Dur terhadap kaum-kaum yang termarginalkan sejatinya membela hak kemanusiaannya.

"Gus Dur buat saya adalah orang yang paling berprivilege se-Indonesia. Jika kita mau bicara warisan Gus Dur yang paling besar adalah privilege, yakni membantu dan membela kelompok atau komunitas yang identitasnya di ambil" pungkas Inayah Wahid.

Sebagai penutup Dewi Anggraeni selaku moderator mengungkap dengan mengenal lebih dekat Gus Dur khususnya terkait pemikirannya, semoga Civitas Akademik UIN Gus Dur dapat melanjutkan spirit perjuangan Gus Dur.


Penulis : Anik Maghfiroh

Editor  : Baryachi

 

 

 

                 
UIN K.H. Abdurrahman Wahid
Kampus 1: Jl. Kusuma Bangsa No.9 Kota Pekalongan 51141
Kampus 2: Jl. Pahlawan Km.5 Rowolaku Kajen Kab. Pekalongan 51161
Telp: +62 (285) 412575
Fax : +62 (285) 423418
Top
We use cookies to improve our website. By continuing to use this website, you are giving consent to cookies being used. More details…